Ambil Hikmahnya

PKSBelum lama berlalu, kejadian penangkapan mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera – Lutfhi Hasan oleh KPK masih menyisakan pemberitaan yang panjang. Kasus ini seakan-akan menjadi sesuatu yang begitu renyah untuk dibahas dan terus menohok PKS yang notabene berbasis partai politik Islam. Pemberitaan yang terus bergulir nampaknya makin timpang entah mengapa, saya melihat Islamnya yang secara ekplisit dicemooh bukan Luthfi Hasan nya yang terduga melakukan tindakan korupsi. Namun apa pun itu, bagi saya pribadi PKS sesungguhnya tengah meresapi makna teguran besar dibalik persitiwa ini.

Yaaa… ini sebuah teguran. Kejadiannya pun Allah izinkan untuk terjadi. Tidak bisa dipersalahkan mengenai apa yang dilakukan oleh KPK, lawan-lawan politik PKS, pihak-pihak yang mencemooh atau dugaan adanya konspirasi besar dibalik kasus ini. Saya pribadi melihat kejadian ini sebagai teguran yang memang seharusnya (walaupun berat) harus disyukuri. Hikmah dibalik ini terlalu besar untuk tidak diambil sebagai pelajaran berharga bagi sebuah partai yang mendengungkan nafas politiknya adalah Dakwah. Entah apapun hasil pemeriksaan dan pembuktiannya nanti, apakah Luthfi Hasan bersalah atau tidak, itu bukanlah persoalan penting. Persoalan terbesar adalah bagaimana mengambil hikmah dari kejadian ini lalu memperbaiki diri dari apa yang selama ini telah jauh melenceng dari niat perjuangan awal dari partai ini.

Jika saya ditanya, apakah saya juga termasuk orang-orang yang pernah kecewa dengan partai ini? Saya jawab pernah kecewa. Kapan? Pada saat keluar pernyataan dari elite PKS yang menyatakan PKS akan menjadi partai terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung dengan PKS. Ini pernyataan yang benar-benar menyakitkan. Ya.. menyakitkan. Bagi saya pernyataan ini adalah pernyataan yang merendahkan ummat Islam yang nyata-nyata sebagai ummat yang memiliki misi menyebarkan kebaikan. Ummat yang dinyatakan sebagai sebaik-baiknya ummat. Ummat yang disebut sebagai ummat yang beruntung karena jika mereka beriman kepada Allah dan Rasul. Bisa jadi apa yang saya tangkap dari pernyataan tersebut keliru, namun apa yang selanjutnya terjadi adalah kader-kader yang diusung PKS mulai tersangkut kasus korupsi dan yang tersangkut itu adalah  yang sebenarnya sebagian dari mereka direkrut/bergabung dengan PKS dan dijadikan kader. Padahal mereka bukanlah orang PKS asli alias bukanlah produk asli PKS melainkan direkrut lalu dicalonkan. Yang paling heboh? Nunun Nurbaeti. Betapa menjengkelkan melihat ibu bersasak jambul ini kalau memberikan kesaksian di pengadilan. Sempat jadi buron dan maen kucing-kucingan dalam pelariannya ke berbagai negara. Sikapnya dipengadilan pun tidak kalah memuakan. Kalau tidak dengan pernyataan lupa, yaa… mendadak pingsan atau minimal berakting pusing. Tim kesehatannya pun lebay, dengan memberikan pernyataan kalau sakit si ibu memang cukup parah. Belum lagi sikap sang suami yang berani berbohong dengan mengatakan tidak tau keberadaan istrinya pada saat dicari-cari pihak berwajib karena melarikan diri yang awalnya izin berobat. Dan pada akhirnya terbukti, Adang mengaku kalau dia lah yang mengatur permainan ‘petak umpet’ antara istrinya dengan pihak berwajib. Sang suami, Adang Darajatun pernah diusung PKS pada saat pemilihan gubernur DKI. Tapi lihat kelakuannya, entah apa yang melatarbelakangi PKS sehingga mau-maunya merekrut pasangan suami-istri yang punya ‘hobi’ berbohong ini. Disaat kasus ini menjadi trend, saya berharap PKS mengambil pelajaran dari kasus tersebut dan segera memperbaiki diri untuk tidak melakukan kebodohan yang sama atau minimal mirip seperti ini. Namun, kejadian memalukan ini ternyata belumlah juga membuat PKS ‘ngeh’. Sampai pada pemberitaan heboh mengenai para elit PKS terutama ustadz Hilmi – Ketua Dewan Syuro yang diduga punya harta berlimpah semenjak PKS naik daun sebagai salah satu partai besar.  Tapi pemberitaan itupun ternyata belum dianggap cukup. Butuh sesuatu yang lebih nampaknya yang bisa membuat partai bisa merasa seperti ditinju dirahang sehingga benar-benar limbung. Jika kejadian dan isu kemarin seperti tonjokan dimuka namun itu belum juga membuat PKS ‘tumbang’ citranya. Kejadian kali ini nampaknyabenar-benar membuat partai ini ‘limbung’.

Saya tidak bisa membayangkan jika pernyataan elite PKS kalau nantinya PKS menjadi partai yang terbuka bagi siapa saja, dari golongan mana saja untuk bergabung bersama PKS dan misalnya ada tokoh dengan latar belakang pengusaha sukses, punya aset yang begitu besar, menguasai media massa, kekayaan yang melimpah namun dari kalangan non muslim diajak bergabung oleh PKS dan dicalonkan menjadi kadar atau lebih gawat lagi diusung menjadi pemimpin satu daerah, apakah bukan sesuatu yang sangat-sangat tidak rasional. Mewakilkan seorang pemimpin non muslim yang mewakili ummat Islam (minimal dari kalangan PKS sendiri yang merupakan ummat Islam) lalu berbicara soal ummat Islam dan mewakili sebuah partai dakwah padahal dia sendiri bukan seorang yang berislam.

Saya pribadi bukanlah anggota PKS lebih-lebih seorang kader. Namun saya pribadi berpendapat partai ini adalah aset politik ummat Islam. Islam juga mengajarkan kita cara berpolitik. Politik Islam, politik yang menebar rahmat bagi semesta alam. Baginda Rasulullah SAW merupakan suri tauladan tokoh politik dunia yang sukses mengantarkan ummat Islam menjadi ummat terbaik perjuangannya. Pengaruh kepemimpinannya masih terasa dan mempengaruhi sampai sekarang. Jika PKS adalah partai dakwah, tak ada alasan lain untuk mendukungnya. Dukungan itu sesuatu yang paling kecil. Mengapa? Karena partai ini adalah partai yang berani menyatakan dakwah sebagai nafas politiknya. Aset yang diharapkan menjadi media kepemimpinan ummat Islam untuk menebar rahmat kebaikan bagi Indonesia. Aset yang diharapkan bisa dijadikan sarana perjuangan menegakan keadilan berdasarkan hukum Allah. Aset yang diharapkan menjadi media dakwah terbesar dalam prilaku politiknya. Bukan embel-embel Islam yang dipakai untuk tujuan culas demi tujuan duniawi dalam dunia perpolitikan sesat yang makin hari makin banyak menipu.

Anis MattaApalagi yang ditunggu PKS untuk berbenah? Saya harap inilah yang paling besar. Sesuatu yang bisa membuat partai ini berbenah dan bangkit ‘kembali’. Bangkit membela ummat, bangkit dengan prinsip dasar menebar kebaikan, bangkit dengan kesederhanaan sikap diri yang hakiki, bangkit bersama nilai-nilai kepemimpinan Rasulullah SAW, bangkit berjuang dengan mencontoh perjuangan estafet para sahabat mulia Abu Bakar ra., Umar ra., Utsman ra., dan Ali ra., mencontoh komitmen atas impian mulia layaknya Muhammad Al-Fatih. Saya berdoa, berdoa sebagai seorang muslim yang mendoakan saudaranya sesama muslim. Saya berharap semoga Allah SWT. menjaga ummat Islam yang ada didalam tubuh PKS dengan cara-Nya. Semoga apa yang dikatakan sebagai PERTAUBATAN NASIONAL oleh presiden baru PKS – Anis Matta menjadi sebuah titik awal untuk membuktikan kebangkitan PKS bersama ummat Islam. Bukan bersama rekan koalisi, bukan bersama dengan mereka yang mengancam, bukan menjadi partai yang tak sanggup menahan gempuran arus atas perpolitikan negara ini. Jadilah partai yang kuat menahan tekanan politik yang bersuara bukan atas nama Allah. Bangkitlah bersama ummat. Insya Allah, ummat Islam yang ada ditubuh PKS yang masih istiqomah memegang iman, yang masih istiqomah meniti jalan berdasar kitabullah, yang masih menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dan sosok pemimpin yang dicintainya lebih dari kecintaannya kepada pemimpin partainya sendiri. Saya berdoa untuk semua itu. Sekali lagi, doa saya untuk ummat Islam yang ada di tubuh PKS yang masih istiqomah. Amiin…

1 responses to “Ambil Hikmahnya

Tinggalkan komentar